Sabtu, 24 Desember 2011

Jamkesmas untuk siapa?

.Nama : Yasa Muazhar
.Npm : 1041010019
.Jurusan : Administrasi Negara
.Tugas : Teori ilmu administrasi negara
.Semester 3


.'' Jamkesmas untuk siapa....?



.saat pagi masih terlalu buta
.saat embun masi nampak malu, untuk menghinggapi rumput dan dedaunan
.hanya suara ayam yang menemani seorang ibu'
.ibu kasinah namanya, enam puluh delapan tahun usianya
.suaranya sayup, langkah kakinya sudah terlalu patah-patah
.tetapi tubuhnya, masih bertahan untuk memapah itu semua
.semangatnya menghancurkan rasa sakit yang ia derita
.kini ia harus melangkah
.menyusuri matahari yang masih pulas, dengan kerajaan mimpinya
.bersama suaminya, ia melangkah
.satu tujuannya, semoga sakit yang di derita suaminya
.lekas pergi dan menghilang
.suaminya sudah terlalu parah, di serang penyakit gula
.sudah satu persatu jemarinya, terlepas dari telapak kakinya
.tetapi imam itu tetap kuat, tegar menghadapi ini semua
.ia terinspirasi dan terilhami, karena sesosok makmum yang mengajarinya
.untuk terus bersyukur dan tersenyum
.walau beribu belati, terus menghujani
.kini hanya berapa rupiah, yang tertinggal di jemari manis ibu' kasinah
.hanya bermodalkan jaminan kesehatan masyarakat miskin
.ia mencoba menggapai asanya
.menyembuhkan suami yang ia cinta
.saat telah tiba di depan mulut rumah sakit
.ia merintihkan air mata.
.seakan ini adalah jawaban, atas semua doa yang selalu ibu' kasinah panjatkan
.harapannya membumbung tinggi, hingga bersanding dengan imajinasi yang melebar dari logika
.ibu' kasinah berdoa, semoga ini tak sia-sia
.di letakannya suami tercinta, di sebuah persingghan
.yang terbuat dari sebilah kayu, berwarna coklat tua
.dengan mendaratkan sebuah kecupan di kening suaminya
.ibu' kasinah melangkah pergi, menuju ruang administrasi
.syarat dan prasyarat sudah ia kemukakan, di depan ibu cantik penghuni ruangan bersih itu
.dengan sabar dan mulut komat-kamit memanjatkan doa, ibu' kasinah menunggu
.kesabarannya mulai menghijau, bagai sebuah kebun teh yang indah, syahdu dengan symphony para komposer bersayap
.ketika seorang ibu' cantik, memakai baju warna putih yang mencerminkan sebuah kesucian
.menghampiri ibu' kasinah
.ibu' kasinah bahagia dan ia selalu berkata dalam hati, semoga ini adalah jawaban dari semuanya
.tetapi apa yang terjadi
.ibu' cantik itu berkata  .''MAAF IBU, UNTUK SEMENTARA INI
.RUANGAN DI RUMAH SAKIT KAMI SUDAH PENUH
.MUNGKIN IBU BISA MENINGGLKAN NOMER RUMAH ATAU HANDPHONE YANG BISA KAMI HUBUNGI.
.KARENA SEWAKTU-WAKTU, APABILA RUANGAN DI RUMAH SAKIT KAMI SUDAH ADA YANG KOSONG
.NANTI IBU AKAN KAMI KABARI

.seketika itu. ibu' kasinah tersenyum dengan batin yang compang-camping
.dengan nada yang lemah, ibu' kasinah berpamitan dan bergegas untuk meninggalkan ruang administrasi
.senyumnya merona, saat menghampiri yang ia cinta
.ayunan kakinya melukisnya kepedihan batinnya
.di depan mulut rumah sakit, ibu' kasinah meluangkan sejenak waktu
.menatap mega-mega indah, dengan paras membisu bagai bunga putri malu
.ibu' kasinah hanya berkata .''Terima kasih''.
.tertanggal 17-08-1999, ibu' kasinah pergi dengan membawa cerita sedih
.pada tanggal 11-09-1999. dering suara telepon berbunyi
.dengan nada gemulai, ibu' kasinah mengangkat dan menjawabnya

. -ibu' kasinah :assallam mu.allaikum
. -penelepon :wa.allaikum sallam, ini dengan ibu' kasinah
. -ibu' kasinah :iya betul
. -penelepon :ini dari pihak rumah sakit...... mau memberitahukan kepada ibu' kasinah, bahwa di rumah sakit kami. Sudah tersedia ruangan kosong, mungkin bapak bisa segera di rujuk kerumah sakit kami.
. -ibu' kasinah :Terima kasih banyak buat informasinya, tetapi maaf. Bapak sudah meninggal dunia 20 hari yang lalu.
. -penelepon :maaf ibu' dan saya mewakili pihak dari rumah sakit turut berbela sungkawa (akhirnya penelepon, mengakhiri sambungan teleponnya)
.
.
.tulisan buruk ini kami buat
.karena kami merasa
.kesehatan kami, sudah terancam mati
.karena jaminan, telah di nikmati oleh para pemilik ruang
.sehingga kami ter-anak tiri, untuk merealisasikan apa yang menjadi hak kami
.
.
Sidoarjo, 24 Desember 2011
By :dE.viLs_puebLic

Selasa, 06 Desember 2011

07122011

.Bila membenci seseorang itu sudah terprogram dalam dirimu
.maka transplantasikan hatimu
.dengan hati sebuah binatang


By :dE.viLs_puebLic

Ilmu Utilitarian

dE.viLs_puebLicUtilitarianisme-Penjelasan Singkat
May 7, 2007, 11:43 am
Filed under: Filsafat & Teologi
Joseph Fletcher: “We have to ask now, ‘If the end does not justify the means, what does?’ The answer is, obviously, ‘Nothing!’
  1. Utilitarianisme adalah sebuah teori yang diusulkan oleh David Hume untuk menjawab moralitas yang saat itu mulai diterpa badai keraguan yang besar, tetapi pada saat yang sama masih tetap sangat terpaku pada aturan2 ketat moralitas yang tidak mencerminkan perubahan2 radikal di zamannya.
  2. Utilitarianisme secara utuh dirumuskan oleh Jeremy Bentham dan dikembangkan secara lebih luas oleh James Mill dan John Stuart Mill. Utilitarianisme terkadang disebut dengan Teori Kebahagiaan Terbesar yang mengajarkan tiap manusia untuk meraih kebahagiaan (kenikmatan) terbesar untuk orang terbanyak. Karena, kenikmatan adalah satu-satunya kebaikan intrinsik, dan penderitaan adalah satu-satunya kejahatan intrinsik. Bagi Bentham, moralitas bukanlah persoalan menyenangkan Tuhan atau masalah kesetiaan pada aturan-aturan abstrak, melainkan tidak lain adalah upaya untuk mewujudkan sebanyak mungkin kebahagiaan di dunia ini. Oleh karena itu, Bentham memperkenalkan prinsip moral tertinggi yang disebutnya dengan ‘Asas Kegunaan atau Manfaat’ (the principle of utility).
  3. Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas yang menyuruh setiap orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan atau kenikmatan terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak mungkin orang atau untuk masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu, menurut pandangan utilitarian, tujuan akhir manusia, mestilah juga merupakan ukuran moralitas. Dari sini, muncul ungkapan ‘tujuan menghalalkan cara’.
  4. Bentham memperkenalkan metode untuk memilih tindakan yang disebut dengan utility calculus, hedonistic calculus, atau felicity calculus. Menurutnya, pilihan moral harus dijatuhkan pada tindakan yang lebih banyak jumlahnya dalam memberikan kenikmatan daripada penderitaan yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Jumlah kenikmatan ditentukan oleh intensitas, durasi, kedekatan dalam ruang, produktivitas (kemanfaatan atau kesuburan), dan kemurnian (tidak diikuti oleh perasaan yang tidak enak seperti sakit atau kebosanan dan sejenisnya).
  5. Para utilitarian menyusun argumennya dalam tiga langkah berikut berkaitan dengan pembenaran euthanasia (mercy killing):
(1). Perbuatan yang benar secara moral ialah yang paling banyak memberikan jumlah kenikmatan dan kebahagiaan pada manusia.
(2). Setidaknya dalam beberapa kesempatan, perbuatan yang paling banyak memberikan jumlah kenikmatan dan kebahagiaan pada manusia bisa dicapai melalui euthanasia.
(3). Oleh karena itu, setidaknya dalam beberapa kesempatan, euthanasia dapat dibenarkan secara moral.
Sekalipun mungkin argumen di atas tampak bertentangan dengan agama, Bentham mengesankan bahwa agama akan mendukung, bukan menolak, sudut-pandang utilitarian bilamana para pemeluknya benar-benar memegang pandangan mereka tentang Tuhan yang penuh kasih sayang.
Pada sisi lain, para utilitarian menolak eksperimen2 saintifik tertentu yang melibatkan binatang, lantaran kebahagiaan atau kenikmatan harus dipelihara terkait dengan semua makhluk yang bisa merasakannya—terlepas apakah ia mukhluk berakal atau tidak. Lagi2, buat mereka, melakukan hal yang menambah penderitaan adalah tindakan imoral.
  1. Singkatnya, Utilitarianisme Klasik yang diusung oleh Jeremy Bentham, James Mill dan, anaknya, John Stuart Mill, dapat diringkas dalam tiga proposisi berikut: Pertama, semua tindakan mesti dinilai benar/baik atau salah/jelek semata-mata berdasarkan konsekuensi2 atau akibat2nya. Kedua, dalam menilai konsekuensi2 atau akibat2 itu, satu-satunya hal yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkannya. Jadi, tindakan2 yang benar adalah yang menghasilkan surplus kebahagiaan terbesar ketimbang penderitaan. Ketiga, dalam mengkalkulasi kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan, tidak boleh kebahagiaan seseorang dianggap lebih penting daripada kebahagiaan orang lain. Kesejahteraan tiap orang sama penting dalam penilaian dan kalkulasi untuk memilih tindakan.
  2. Gagasan Utilitarianisme yang menyatakan bahwa ‘kebahagiaan itu adalah hal yang diinginkan dan satu-satunya tujuan yang diinginkan, semua hal lain diinginkan demi mencapai tujuan itu’ jelas mirip dengan gagasan Hedonisme. Dan Hedonisme, seperti kita tahu, adalah keyakinan klasik bahwa kenikmatan, kebahagiaan atau kesenangan adalah kebaikan tertinggi dalam kehidupan. Istilah Hedonisme sendiri beasal dari kata Yunani yang bermakna kesenangan. Hanya saja, Epicurus, tokoh utama Hedonisme percaya bahwa manusia seharusnya mencari berbagai kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan pikiran ketimbang tubuh. Katanya, orang bijak harus menghindari kesenangan2 yang akhirnya akan berujung pada penderitaan.
  3. Para penggugat Utilitarianisme mengajukan sejumlah keberatan. Antara lain, Asas Kegunaan itu sering bertentangan dengan aturan2 moral yang sudah mapan, seperti Jangan Berbohong, Jangan Mencuri, Jangan Membunuh.
  4. Kedua, Utilitarianisme cenderung mengunggulkan Asas Kegunaan (the Principle of Utility) atas Asas Keadilan atau Hak-hak seseorang. Misalnya, bila ada dua pihak yag bertikai di depan hukum. Salah satunya lebih kuat dan berkuasa daripada yang lain, sehingga kekalahan pihak yang lebih berkuasa akan mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan yang lebih besar pada pihak lawan dan orang2 di sekitarnya; kaum Utilitarian akan memenangkan pihak yang lebih kuat demi mencapai sesedikit mungkin penderitaan, sekalipun untuk itu asas keadilan atau hak seseorang harus dikorbankan.
  5. Gugatan lain: karena Utilitarianisme secara eksklusif mengambil pertimbangan tentang konsekuensi yang akan terjadi, maka pandangannya selalu melupkan masa lalu. Misalnya, bila seseorang berjanji kepada adiknya untuk melakukan sesuatu, lalu mendadak dia harus mengerjakan sesuatu lain yang juga sama2 penting dengan janji tersebut, tetapi pekerjaan itu lebih menyenangkan baginya, maka kaum utilitarian akan memilih untuk melanggar janji itu. Dengan demikian, kaum utilitarian mengabaikan apa yang disebut dengan kawajiban2 moral.
  6. Untuk menjawab gugatan2 itu, kaum Utilitarian membedakan Utilitarianisme-Tindakan (Act-Utilitarianism) dengan Utilitarianisme-Kaidah (Rule-Utilitarianism). Utilitarianisme-Kaidah berpijak pada pandangan bahwa ‘Semua aturan perilaku umum yang cenderung memajukan kebahagiaan terbesar bagi orang terbanyak’ harus dikukuhkan. Jadi, dalam kasus aturan Jangan Berbohong, Utilitarianisme-Kaidah menyatakan bahwa tindakan yang berdasarkan aturan moral ini lebih sering menghasilkan konsekuensi kebahagiaan ketimbang Berbohonglah. Dengan demikian, aturan Jangan Berbohong sesuai dengan Utilitarianisme-Kaidah.
  7. Namun, para penggugat kembali menyatakan bahwa gagasan Utilitarianisme-Kaidah terbalik dalam menilai banyak hal. Misalnya, persahabatan adalah sesuatu yang baik dan benar, sekalipun seringkali ia tidak menyenangkan atau membuat kita menderita. Kita memiliki sahabat dan menghargai persahabatan karena memang itulah tindakan yang baik dan benar, sekalipun kita tidak tahu konsekuensi atau akibat dari persahabatan kita. Jadi, terbalik dengan gagasan Utilitarianisme yang mengajarkan kita untuk mencari kebahagiaan, dalam situasi ini kita pertama-tama melihat bahwa persahabatan itu baik dan kita bahagia karena mengerjakan hal yang baik, dan bukan kita mencari sahabat karena dengan persahabatan itu kita dapat mencapai kebahagiaan.
  8. Selain itu, pertanyaan yang paling sulit dijawab oleh kaum Utilitarian adalah: Apakah hakikat kebahagiaan? Apakah kebahagiaan itu hasil dari suatu tindakan, atau dirasakan saat tindakan berlangsung? Apakah kebahagiaan yang dituju di sini bersifat permanen ataukah sementara, seringkali kebahagiaan yang bersifat sementara berlawanan dengan kebahagiaan yang bersifat permanen? Bukankah moralitas Utilitarian itu berpijak pada sesuatu yang akan terjadi atau sesuatu yang belum tentu terjadi untuk memutuskan tindakan yang seharusnya segera terjadi?
  9. Gugatan lain yang ditujukan atas Utilitarianisme: bukankah utility itu merupakan sesuatu yang relatif? Dan bila relatif, dan memang demikian adanya, mungkinkah hal yang relatif menjadi ukuran baik-buruk moral bagi suatu tindakan?